BERITA TEKNOLOGI

Pepe Mujica: Presiden Termiskin Dunia yang Percaya Tuhan Ada di Segalanya

×

Pepe Mujica: Presiden Termiskin Dunia yang Percaya Tuhan Ada di Segalanya

Sebarkan artikel ini

Kabar duka datang dari Uruguay. Jose ‘Pepe’ Mujica, mantan presiden yang dijuluki “presiden termiskin di dunia,” berpulang pada usia 89 tahun, Selasa, 13 Mei 2025, di Montevideo. Tapi jangan bayangin pemimpin negara yang hidup mewah, ya. Mujica justru terkenal karena gaya hidupnya yang super sederhana. Nggak punya smartphone, nggak tinggal di istana kepresidenan, dan tetap hidup di rumah kecilnya meski sudah menjabat sebagai orang nomor satu di Uruguay.

Pepe Mujica: Presiden Termiskin Dunia yang Percaya Tuhan Ada di Segalanya, banyak orang kehilangan sosok Pepe. Bukan cuma karena dia pemimpin, tapi karena ketulusannya yang jarang banget ditemui. Dia pernah bilang, “Saya nggak butuh banyak. Yang penting saya bisa hidup dengan tenang dan jujur.”

Pandangan Hidup yang Nggak Biasa: Tuhan Itu Segalanya

Dalam wawancaranya bareng The New York Times pada Juni 2024, Mujica sempat mengungkap sesuatu yang cukup mengejutkan. Dia bilang, “Saya hampir menganut semacam panteisme. Kamu harus punya mata untuk bisa melihatnya.”

Nah, panteisme itu apa sih? Jadi, panteisme adalah kepercayaan bahwa Tuhan bukan sosok yang terpisah dari dunia ini, tapi Tuhan adalah bagian dari segalanya alam semesta, pohon, angin, cahaya matahari, bahkan semut di halaman rumahmu. Segala sesuatu yang ada, ya itu Tuhan.

Dia nggak percaya Tuhan dalam bentuk yang biasa dibayangkan orang. Tapi Mujica tetap menghargai kepercayaan orang lain. Katanya, “60% umat manusia percaya pada sesuatu, dan itu harus dihargai.”

Penuh Filsafat Tapi Bikin Ngena

Buat Pepe, hidup itu misteri. Manusia seperti semut kecil yang nggak tahu dari mana asalnya, dan bakal ke mana setelah mati. Tapi justru karena itu, dia bisa melihat keindahan dan pentingnya harapan. “Punya Tuhan bisa jadi pelipur lara. Kita butuh harapan karena kita ingin hidup,” ujarnya.

Dia juga percaya kalau semua makhluk hidup saling bergantung. Bahkan manusia pun nggak bisa hidup tanpa bakteri baik di dalam usus. “Hidup ini saling berkaitan, seperti rantai yang panjang dan masih penuh misteri,” ucap mantan gerilyawan itu.

Kritik Pedas Tapi Penuh Harapan

Di akhir hidupnya, Mujica tetap jadi sosok yang vokal soal perdamaian dunia. Dia sedih lihat manusia lebih memilih bikin senjata daripada membangun sesuatu yang bermanfaat. “Kita bisa bangun kincir angin, tapi malah bikin bom. Manusia itu rumit pintar sekaligus bodoh,” celetuknya.

Mujica mungkin sudah pergi, tapi nilai-nilainya masih hidup. Cara pandangnya yang jujur, sederhana, dan penuh cinta pada kehidupan bakal terus jadi inspirasi buat siapa pun yang ingin jadi manusia yang lebih baik bukan karena punya segalanya, tapi karena bisa melihat makna dari hal-hal kecil.

Respon (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *