Kebangkitan dan Kejatuhan Nokia: Dari Raja Ponsel ke Kehampaan Pasar. Jakarta – Siapa yang tidak mengenal Nokia? Dulu, ponsel merek ini merajai dunia komunikasi, tetapi kini namanya kurang begitu bersinar. Ponsel yang dipasarkan oleh HMD Global saat ini tidak lagi diminati banyak orang. Kisah jatuh bangun Nokia menjadi sorotan, terutama setelah kebangkrutan yang memaksa perusahaan ini dijual kepada Microsoft seharga sekitar USD 7 miliar pada tahun 2014.
Nokia memperkenalkan ponsel pertamanya pada tahun 1987, dan berhasil menyalip Motorola sebagai pemimpin pasar pada tahun 1998. Pada tahun 2005, perusahaan ini berhasil menjual ponsel hingga mencapai satu miliar unit. Puncak kejayaan mereka terjadi pada tahun 2007, ketika menguasai pasar dengan pangsa sebesar 40% dan kapitalisasi pasar mencapai USD 150 miliar.
Namun, awal 2010-an membawa angin perubahan yang kurang baik bagi Nokia. Kehadiran inovasi dari iPhone dan deretan smartphone Android membuat perusahaan ini terdesak. Salah satu faktor utama yang mengakibatkan kejatuhan Nokia adalah stagnasi dalam inovasi perangkat lunak.
Menurut BBC, “Nokia sangat inovatif dalam perangkat keras, tetapi kurang memperhatikan pentingnya perangkat lunak.” Di saat Apple dan Android mulai melihat nilai dari software, Nokia masih terfokus pada hardware. Teknologi layar sentuh yang diperkenalkan oleh Apple mengubah cara orang berinteraksi dengan ponsel, ditambah dengan kemudahan menggunakan App Store. Hal ini menunjukkan kurangnya urgensi dari Nokia untuk beradaptasi dengan perubahan pasar yang cepat.
New Yorker juga menambahkan, “Nokia pada dasarnya adalah perusahaan hardware, bukan software.” Insinyur di Nokia lebih ahli dalam membuat perangkat fisik, sementara pengembangan software terabaikan. Para eksekutif Apple, sebaliknya, memandang hardware dan software sebagai dua elemen yang sama pentingnya untuk menciptakan pengalaman pengguna yang optimal.
Terlalu percaya diri, Nokia melebih-lebihkan kekuatan mereknya. Mereka percaya bahwa meski terlambat memasuki pasar smartphone, tetap bisa mengejar ketertinggalan dengan cepat. Bahkan setelah peluncuran iPhone, Nokia masih bersikeras bahwa desain hardware yang unggul akan tetap menarik pengguna. Sayangnya, keyakinan ini justru membawa mereka pada kebangkrutan.
Kisah Nokia adalah pelajaran berharga tentang pentingnya inovasi dan adaptasi di dunia teknologi yang terus berubah. Keberanian untuk berubah dan menghargai peran software sama pentingnya dengan perangkat keras adalah kunci untuk bertahan di tengah persaingan yang ketat. Mungkin saatnya bagi Nokia untuk bangkit kembali dan menciptakan inovasi baru yang sesuai dengan zaman.