BERITA TEKNOLOGI

3 Kali Ditolak! E-Commerce Raksasa China Gagal Masuk Indonesia

×

3 Kali Ditolak! E-Commerce Raksasa China Gagal Masuk Indonesia

Sebarkan artikel ini

3 Kali Ditolak! E-Commerce Raksasa China Gagal Masuk Indonesia. Platform e-commerce asal China, Temu, kembali mengalami penolakan untuk masuk ke Indonesia. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) dengan tegas menolak kehadiran Temu, platform yang didirikan oleh mantan insinyur Google, Colin Huang. Alasan utama? Temu dianggap membahayakan pasar Indonesia, terutama bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Budi Arie Setiadi, menyebut bahwa Temu memiliki dampak negatif bagi ekosistem bisnis digital di Indonesia. “Temu itu bahaya, makanya kita pantau, nggak boleh masuk ke Indonesia,” tegas Budi saat ditemui di Kompleks Senayan, Jakarta, Rabu (4/9/2024).

Dampak Terhadap UMKM

Menurut Budi, salah satu dampak terbesar dari Temu adalah kerugian yang dialami oleh UMKM lokal. Dalam ekosistem bisnis yang sudah ada, pelaku UMKM Indonesia perlu bersaing dengan platform global seperti Temu, yang menawarkan harga murah dan berbagai promosi yang seringkali sulit disaingi. Hal ini membuat bisnis-bisnis lokal terdesak dan tidak mampu bersaing secara sehat. “Kita lihat dong, ada yang dirugikan nggak? Menurut saya, banyak yang dirugikan [oleh Temu]. UMKM kita dirugikan,” ungkap Budi.

Baca Juga :  Mudah, Begini Cara Menonaktifkan Postingan yang Direpost di TikTok

Budi juga menegaskan bahwa pemerintah berkomitmen untuk menjaga ekosistem digital Indonesia agar tetap sehat dan berkelanjutan. “Langkah ini bukan sekadar proteksi, tapi untuk memastikan bisnis digital yang ada di Indonesia bisa tumbuh dan berkembang dengan baik, terutama bagi para pelaku usaha lokal,” tambahnya.

Upaya Masuk ke Indonesia

Penolakan terhadap Temu bukanlah yang pertama kalinya. Sejak 2022, Temu telah mencoba tiga kali untuk mendaftarkan hak paten di Indonesia, namun selalu gagal. Salah satu alasan kegagalannya adalah karena nama “Temu” sudah digunakan oleh entitas lain di Indonesia, sehingga pendaftaran hak paten tidak dapat diproses.

Meski begitu, Temu telah berhasil berekspansi ke berbagai negara lain, seperti Malaysia dan Thailand, serta 48 negara lainnya di seluruh dunia. Bahkan di Amerika Serikat, platform ini meraih kesuksesan besar, dengan 9% penduduknya dilaporkan berbelanja melalui Temu dalam satu tahun terakhir. Platform ini juga konsisten menduduki peringkat pertama dalam hal jumlah unduhan di Apple App Store dan Google Play.

Ekspansi Global yang Masif

Temu merupakan bagian dari perusahaan teknologi China Pinduoduo, yang juga menjadi pesaing kuat platform e-commerce besar lainnya seperti Alibaba Group dan JD.com. Ekspansi global Temu dimulai dari Asia Tenggara, di mana pada Agustus 2023, Temu pertama kali masuk ke Filipina, disusul oleh Malaysia sebulan kemudian.

Baca Juga :  Tips Pasang Iklan Kuliner di Aplikasi Gojek Online

Performa Temu di kancah global memang luar biasa. Pada Desember 2023, Temu telah beroperasi di 48 negara, dengan sekitar 120 juta pengguna yang menelusuri produk-produk mereka. Rata-rata, sebanyak 1,6 juta paket dikirimkan setiap hari melalui Temu. Di Amerika Serikat, pencapaian Temu begitu mencengangkan, mengingat dalam waktu singkat platform ini mampu menarik perhatian konsumen dan bersaing dengan nama-nama besar di industri.

Menurut laporan LatePost, Temu menetapkan target Gross Merchandise Value (GMV) sebesar 30 miliar dolar AS pada tahun 2024, dua kali lipat dari pencapaian tahun sebelumnya. Dengan pertumbuhan sebesar ini, Temu diyakini akan terus mendominasi pasar global, bahkan mungkin memimpin pasar e-commerce di Asia Tenggara dalam beberapa tahun mendatang.

Bayangan Ancaman bagi Pasar Indonesia

Kemenkominfo menyadari betul potensi ancaman yang bisa dibawa oleh platform seperti Temu. Budi Arie Setiadi melihat bahwa pertumbuhan platform e-commerce asing, terutama yang berasal dari China, bisa merusak pasar lokal jika tidak diatur dengan ketat. Pemerintah terus berupaya melindungi UMKM agar tidak terhimpit oleh persaingan dengan perusahaan global yang memiliki sumber daya jauh lebih besar.

Baca Juga :  Tips Simpel! Cara Merekam Video Call WhatsApp Tanpa Ribet

Selain itu, langkah ini juga menjadi bagian dari strategi Indonesia untuk membangun ekosistem digital yang sehat. Pemerintah ingin memastikan bahwa pelaku bisnis lokal bisa bersaing di dunia digital tanpa harus khawatir terhadap masuknya pemain asing yang dapat merusak tatanan yang sudah ada. Dengan demikian, konsumen Indonesia tetap bisa menikmati layanan yang berkualitas, sementara UMKM lokal bisa tumbuh dan berkembang dengan baik.

Meskipun Temu telah berhasil memasuki banyak negara lain dan berkembang pesat di pasar global, kehadirannya di Indonesia tampaknya akan tetap menjadi tantangan besar. Penolakan yang dilakukan Kemenkominfo merupakan upaya nyata untuk melindungi kepentingan pelaku UMKM dan menjaga stabilitas ekosistem digital di Tanah Air.

Ke depan, upaya Temu untuk masuk ke Indonesia mungkin masih akan terus dilakukan, tetapi pemerintah Indonesia tampaknya akan tetap waspada terhadap setiap langkah platform asing yang berpotensi merugikan pasar lokal. Bisnis lokal, terutama UMKM, tetap menjadi prioritas dalam menjaga pertumbuhan ekonomi digital yang sehat di Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *